Tradisi dan Kebudayaan masyarakat Bali tempo dulu sangat beragam dan unik yaitu, seperti sudah adanya pasar dimana masyarakat Bali pada saat itu melakukan traksaksi jual beli makanan ataupun barang. Tidak hanya itu masyarakat bali pada saat itu sudah memiliki kebudayaan yang khas seperti, adanya calon arang, tarian janger, tarian kecak, pernikahan pada saat itu yang masih menggunakan pakaian yang sederhana, kemudian melaksanakan upacara mepeed (dalam tradisi umat hindu), dan lain sebagainya.
Dan kali ini saya akan mengulas lebih lengkap mengenai Tradisi dan Kebudayaan masyarakat Bali pada masa tempo dulu, sehinggan kita dapat mengetahui bagaimana kehidupan nenek moyang atau leluhur kita pada saat itu.
Tradisi Dan Kebudayaan Masyarakat Bali Tempo Dulu
sumber : http://candrakita.blogspot.com
sumber : http://candrakita.blogspot.com
Rangda adalah ratu dari para leak dalam mitologi Bali. Makhluk yang menakutkan ini diceritakan sering menculik dan memakan anak kecil serta memimpin pasukan nenek sihir jahat melawan Barong, yang merupakan simbol kekuatan baik. Rangda digambarkan sebagai seorang wanita dengan rambut panjang yang acak-acakan serta memiliki kuku-kuku panjang, lidah yang menjulur panjang, dan payudara yang panjang. Wajahnya menakutkan dan memiliki taring-taring yang panjang dan tajam.
sumber : http://candrakita.blogspot.com
Sabung ayam atau yang lebih di kenal dengan sebutan tajen (dalam bahasa bali) sudah di kenal masyarakat bali pada saat itu. Sabung ayam di Bali berperan dalam ritual keagamaan yang dikenal dengan nama tabuh rah. Kata tabuh rah berarti meneteskan darah ke bumi yang merupakan bagian ritual bhuta yadnya sebagai simbol permohonan agar bhuta (pengaruh negatip) tidak menggangu dan manusia terhindar dari marabahaya.
sumber : http://candrakita.blogspot.com
sumber : http://wisatablogg.blogspot.com
Kecak adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
Mapeed, Tahun 1938
sumber : fotobalitempodulu.blogspot.com
Mapeed adalah tradisi membawa banten di bali secara beriring-iringan. Tradisi mapeed ini sudah ada sejak tahun 1920-an. Ritual ini dilakukan sebagai perwujudan rasa syukur umat Hindu kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.
sumber : koleksitempodoeloe.blogspot.com
Pernikahan pada tempo dulu adalah pernikahan yang sangat sederhana. Dimana pembelai pria dan wanita di arak keliling desa dan membagi kebahagiaannya kepada masyarakat setempat.
sumber : yogyakartacity.olx.co.id
sumber : goldoriole.blogspot.com
sumber : yogyakartacity.olx.co.id
Calonarang pada tahun 1930
Calon Arang adalah seorang tokoh dalam cerita rakyat Jawa dan Bali dari abad ke-12. Tidak diketahui lagi siapa yang mengarang cerita ini. Salinan teks Latin yang sangat penting berada di Belanda, yaitu dalam Jurnal Bijdragen tot de tall-, Land- en Volkenkunde.
Diceritakan bahwa Calon Arang adalah seorang janda penguasa ilmu hitam yang sering merusak hasil panen para petani dan menyebabkan datangnya penyakit. Ia mempunyai seorang puteri bernama Ratna Manggali, yang meskipun cantik, tidak dapat mendapatkan seorang suami karena orang-orang takut pada ibunya. Karena kesulitan yang dihadapi puterinya, Calon Arang marah dan ia pun berniat membalas dendam dengan menculik seorang gadis muda. Gadis tersebut ia bawa ke sebuah kuil untuk dikorbankan kepada Dewi Durga. Hari berikutnya, banjir besar melanda desa tersebut dan banyak orang meninggal dunia.
Calon Arang mempunyai sebuah buku yang berisi ilmu-ilmu sihir. Pada suatu hari, buku ini berhasil ditemukan oleh Bahula yang menyerahkannya kepada Empu Baradah. Saat Calon Arang mengetahui bahwa bukunya telah dicuri, ia menjadi marah dan memutuskan untuk melawan Empu Baradah. Tanpa bantuan Dewi Durga, Calon Arang pun kalah. Sejak ia dikalahkan, desa tersebut pun aman dari ancaman ilmu hitam Calon Arang.